“MA...mainanku diambil Adek!” Tak lama kemudian terdengar suara gaduh sepeda dibanting dan teriakan tangisan. Wah pusing ya Moms kalau hampir tiap hari si kakak dan si adik bertengkar terus seperti ‘Tom and Jerry’. Tidak pernah akur.
Dan memang, menurut Fabiola P. Setiawan, M.Psi dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Jakarta, pertengkaran antara kakak-adik umum terjadi. Hal ini dapat dikatakan normal. Meski demikian pertengkaran antar saudara kandung ini bisa dikurangi loh!
Dan memang, menurut Fabiola P. Setiawan, M.Psi dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Jakarta, pertengkaran antara kakak-adik umum terjadi. Hal ini dapat dikatakan normal. Meski demikian pertengkaran antar saudara kandung ini bisa dikurangi loh!
Ayo Kurangi Pertengkaran!
1. Bantu anak untuk menemukan keunikan yang dimiliki masing-masing anak sehingga mereka tidak perlu merasa iri dengan bakat yang dimiliki kakak atau adik. Misalnya, kakak jago melukis dengan baik, sementara adik bisa berenang dengan cepat. Orangtua dapat mengajak kakak untuk mendukung bakat adik, demikian pula adik dapat memberikan apresiasinya terhadap bakat yang dimiliki sang kakak.
2. Hindari sikap favoritism, atau lebih menyukai salah satu anak. Hindari juga sikap membandingkan kakak dan adik yang dapat memperuncing hubungan antara mereka karena merasa tersaingi.
3. Persiapkan kakak jika akan mendapat adik baru. Persiapan yang kurang matang dapat membuat kakak merasa adik merebut perhatian orangtua yang semula hanya ditujukan untuk dirinya. Jarak ideal untuk memberikan adik ketika sang kakak berumur 3,5-5 tahun, dimana anak mulai belajar untuk berbagi perhatian.
4. Lakukan aktivitas bersama seluruh anggota keluarga yang dapat meningkatkan kerjasama dan kebersamaan, seperti; piknik, berkemah, dan melakukan permainan bersama. Sehingga mempunyai rasa saling memiliki dan mengasihi satu sama lain.
Bagaimana dengan Orangtua?
1. Apabila pertengkaran kakak-adik masih ringan, berikan kesempatan kepada mereka untuk mengatasi pertengkaran dan menemukan solusi secara mandiri tanpa bantuan orangtua atau orang dewasa lainnnya.
2. Orangtua dapat menjadi penengah yang mengajarkan kakak-adik untuk melakukan negosiasi demi menemukan solusi terbaik. Tapi bukan untuk mencari siapa yang salah atau benar.
3. Ajarkan kakak-adik untuk mengungkapkan isi hati tanpa menyakiti satu sama lain. Misal, dengan menuliskan surat, menggambarkan kemarahannya, atau mengungkapkannya secara langsung. Dampingi anak ketika mengungkapkan kemarahannya secara langsung, ajarkan untuk bersikap asertif (mengatakan apa yang dirasakan dan dipikirkan) tanpa disertai perilaku yang agresif (membentak, memukul, menendang, dan sebagainya).
4. Adakan waktu khusus dengan kakak-adik secara teratur untuk membicarakan cara-cara tepat yang dapat dilakukan ketika mereka terlibat pertengkaran. Berikan mereka kesempatan untuk menemukan sebanyak-banyaknya solusi yang dapat memecahkan masalah yang ada.
5. Berikan penghargaan berupa pujian, belaian, atau pelukan kepada keduanya jika kakak-adik mampu menyikapi perbedaan pendapat maupun konflik yang dihadapi dengan sikap yang matang.
0 komentar:
Posting Komentar