QUOTE OF THE DAY

~"~ Tak perlu mencari alasan ketika berbuat salah. Tetapi akui, perbaiki, dan upayakan untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi~"~

21 Oktober 2011

AMARAH DAN PENANGANANNYA

Kendalikan Amarah Bila Tak Ingin Sesak Napas dan Kesemutan
Berteriak-teriak dengan mata melotot belum tentu menandakan seseorang benar-benar sedang marah, sebab keduanya kadang bisa dibuat-buat. Namun jika sampai sesak napas dan kesemutan, bisa dipastikan emosinya benar-benar tak terkendali.
Saat sedang sangat marah, seseorang bisa mengalami pernapasan pendek yang sangat cepat atau sering diistilahkan dengan 'napas yang memburu'. Dampak langsung yang sering menyertai kondisi ini adalah sesak napas bagi yang paru-parunya tidak cukup kuat.

Kondisi yang disebut Hyperventilation Syndrome (Sindrom Hiperventilasi) ini sering dikira asma dan tak jarang dokter salah mendiagnosis. Padahal karena dipicu faktor psikologis, kondisi ini hampir tak pernah disertai kerusakan pada jaringan paru maupun sistem pernapasan.
Meski tak mengancam jiwa seperti halnya sakit paru-paru yang sesungguhnya, Hyperventilation Syndrome tetap bisa memicu gangguan bila tak diatasi. Salah satu dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah mati rasa dan kesemutan di beberapa bagian tubuh.
Napas pendek dan cepat yang berlangsung terus menerus menyebabkan pertukaran oksigen dengan karbondioksida terjadi sangat cepat. Sistem peredaran darah tidak mampu mengimbanginya sehingga terjadilah ketidakseimbangan komposisi biokimia dalam darah.
Kadar protein dalam darah meningkat, di satu sisi kadar kalsiumnya turun drastis. Salah satu akibat dari kekurangan kalsium dalam darah adalah kesemutan dan mati rasa, khususnya di bagian jemari kaki dan tangan serta beberapa area di sekitar mulut.

Kenapa Marah-marah Bikin Serangan Jantung?
Orang pemarah biasanya karena ada sesuatu yang tidak puas dengan keinginannya atau targetnya. Sesekali marah justru baik, tapi jika sedikit-sedikit ketidaksempurnaan sehari-hari ditanggapi dengan marah maka jantung bisa jadi taruhannya.
Orang yang sering marah akan membuat hipotalamus mengeluarkan hormon stres, baik yang adrenalin maupun non-adrenalin. Pengeluaran hormon ini akan memicu peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan penebalan dinding arteri dan pembentukan bekuan dalam pembuluh darah, serta aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri).
Pembuluh darah terutama di arteri leher (carotid) yang mengalami penebalan akan menyempit sehingga memicu berbagai masalah jantung dan pembuluh darah.
Penebalan arteri semacam itu biasanya menyertai proses penuaan. Namun menurut penelitian di US National Institute of Aging, orang dengan sifat pemarah cenderung untuk mengalaminya di usia lebih muda.
Peningkatan risiko yang dialami cukup signifikan, yakni mencapai 40 persen dibandingkan orang dengan kepribadian yang menyenangkan. Angka itu didapat setelah disesuaikan dengan faktor risiko yang lain, misalnya merokok.
Kecenderungan lain yang teramati adalah bahwa penebalan arteri sebagai dampak dari sifat pemarah lebih banyak dialami oleh wanita. Umumnya penebalan arteri lebih banyak dialami pria, namun wanita pemarah punya risiko yang sama dengan pria yang menyenangkan.
Penelitian ini melibatkan sedikitnya 5.600 partisipan dari 4 desa di wilayah Sardinia, Italia. Para peneliti mengamati dan membuat perbandingan antara kondisi emosional dan kesehatan para partisipan selama kurun waktu 3 tahun.
Menurut peneliti, pola hubungan antara emosi dengan kesehatan pembuluh darah ini ini berlaku secara umum di seluruh dunia. Beberapa penelitian serupa dengan skala lebih kecil telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang konsisten.
Dr David L Katz, direktur Prevention Research Center at Yale University School of Medicine menanggapi positif penelitian ini. Menurutnya, sifat pemarah merupakan faktor risiko serangan jantung yang bisa disejajarkan dengan hipertensi.
"Perkembangan ilmu psycho-immunology mengungkap bahwa status emosional dapat mempengaruhi kondisi hormonal dan syaraf, yang seluruhnya terkait dengan fungsi kekebalan tubuh," ungkap Dr David seperti dikutip dari Healthday

KENDALIKAN MARAH BIAR TIDAK JADI PENYAKIT
Ketika seseorang marah, maka otak diprogram untuk bereaksi agresif sehingga meningkatkan tekanan darah, detak jantung dan adrenalin. Kondisi ini memicu perubahan fisik yang membuat seseorang merasakan kekuatan dan kekuasaan. Agar tak jadi penyakit, mulailah kendalikan amarah.
Emosi marah yang timbul akan merangsang sisi otak sebelah kiri yang merupakan bagian otak yang berfungsi mengendalikan emosi. Tubuh akan bereaksi yang dimulai dengan bernapas lebih berat.
Akibatnya jantung akan berdetak lebih cepat untuk memompa oksigen, adrenalin dan kadar gula darah lebih banyak masuk ke aliran darah. Selain itu otot dan pembuluh darah menegang serta tekanan darah meningkat, yang membuat tubuh siap untuk bertindak.
Emosi marah yang berlangsung dalam jangka waktu lama atau sering akan menempatkan stres pada tubuh yang dapat mengakibatkan masalah medis atau penyakit yaitu:
  • Penyakit jantung
  • Sakit pinggang kronik
  • Masalah pada perut dan pencernaan
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Depresi
  • Insomnia
  • Pemikiran untuk bunuh diri

Untuk melepaskan ketegangan yang terbentuk di dalam tubuh, seseorang biasanya meluapkan emosinya melalui berteriak, menjerit, membanting sesuatu atau mengepalkan tangan untuk menahan emosi.

TIPS MENGATASI AMARAH
Jangan panik, sebab pada umumnya gejala sesak napas dan kesemutan tidak membahayakan jiwa. Usahakan untuk meredam emosi dan cobalah untuk bernapas perlahan dengan lebih rileks.
Jika sulit mengatur napas, ambil kantong kertas lalu bernapaslah di dalamnya untuk beberapa saat. Pastikan mulut dan hidung tertutup untuk membatasi terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Ada baiknya memberitahu orang lain, bahwa gangguan ini bukan asma dan hanya muncul saat tidak mampu mengontrol emosi. Langkah ini berguna untuk menghindari kepanikan pada orang-orang di lingkungan sekitar.
Belajarlah mengontrol emosi dan mengelola stres, cobalah untuk selalu menghadapi masalah dengan lebih rileks.
Olahraga secara teratur bisa mengurangi risiko Hyperventilation Syndrome, sebab paru-paru yang terlatih akan lebih mampu mentoleransi berbagai perubahan kondisi pada sistem pernapasan. Bila semua cara di atas tidak berhasil, hubungi psikolog untuk berkonsultasi atau datangi psikiater untuk mendapatkan obat-obatan pereda stres.
Ada pula beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk membantu mengendalikan amarah yaitu:
1. Cobalah menenangkan diri dengan cara menghitung angka dari 1 sampai 10, nantinya kemarahan akan berkurang atau hilang.
2. Melakukan latihan tertentu yang bisa memicu keluarnya keringat
3. Cobalah memikirkan sesuatu yang lucu atau menyenangkan sehingga bisa mengganti pikiran negatif menjadi lebih positif
4. Merilekskan diri dan otot-otot yang ada di tubuh melalui meditasi, yoga atau berbaring sambil memejamkan mata
5. Keluarlah dari ruangan sejenak sehingga bisa mendapatkan udara segar yang dapat menenangkan diri dan membuat tubuh rileks.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...