QUOTE OF THE DAY

~"~ Tak perlu mencari alasan ketika berbuat salah. Tetapi akui, perbaiki, dan upayakan untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi~"~

28 Februari 2011

Jagalah Kehalalan Hartamu

Ada yang sangat menarik dari kisah yang diambil dari kitab Al-aghaani tentang seorang ulama tokoh besar Islam, Nu’man Bin Tsabit bin Zuutho al Kuufiy (80-150H) yang lebih dikenal dengan Imam Abu Hanifah. Seorang Nu’man terlahir dari sebuah tarbiyah islamiyyah syarifah (pembinaan islami yang mulia); ia dilahirkan dan dibesarkan oleh sang ayah yang wira’i (senantiasa menjaga diri dari kehalalan apa yang dimiliki termasuk dalam makanan). -seorang ayah (Tsabit bin Zuutho) pada masa muda sangat berhati-hati dalam menjaga kehalalan makanan.
Dikisahkan ketika beliau pergi ke sungai terlihatlah sebuah apel yang hanyut lalu dimakannya. Namun ketika ia sadar bahwa apel itu ada yang memilikinya (sekalipun telah hanyut). Maka pergilah ia berjalan menelusuri sepanjang aliran sungai mencari siapa pemilik buah itu. Tujuannya hanya satu; meminta keridhaan dan kerelaan apel yang telah dimakannya. Setelah sekian lama menelusuri sungai, bertemulah dengan seorang tua renta di gubuk pinggiran sungai. Singkat cerita’; ia meminta keridhaan, namun apa kata sang kakek:
“Aku tidak merelakanmu nak”.
Agak nya jawaban yang menyentakkan itu membuatnya mencari cara lain untuk berusaha mendapat kerelaan.
“Baiklah kek, jika demikian apa yang engkau inginkan terhadapku agar menjadi engkau menjadi ikhlas “ pinta pemuda tersebut.
Mendengar kesungguhan pemuda Nu’man. Sang kakek berujar :
“Wahai pemuda, aku akan ridho terhadap apa yang telah kau makan dengan syarat, kamu harus siap aku nikahkan engkau dengan putriku namun ia tidak punya tangan kiri dan kaki kiri”. Nu’man berfikir dan akhirnya demi pengen kehalalan dan kerelaan sang kakek tawaran itu dia terima.
Akhirnya pada saat pernikahan justru yang nampak adalah seorang akhwat wanita salehah yang utuh tanpa cacat. Cantik jelita bak bidadari dunia. Sekejap pamuda menghampiri sang kakek dengan penuh tanya.
“Benarkah putrimu ini yang engkau nikahkan…?” tanya pemuda Nu’man
“Benar wahai anak muda, itu hanyalah kinayah/kiasan semata, tangan kiri buntung dan kaki kirinya tidak ada sebagai arti bahwa putriku tidak pernah bersentuhan dengan perbuatan yang dilarang agama, ia senantiasa menjaga dirinya. Dan untukmu, Itulah balasan orang yang memelihara diri dari makanan yang telah engkau makan…” .

0 komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...